EDITORIAL///

Busi adalah elemen yang bertugas mengubah energi kimia pada bensin menjadi energi mekanis untuk menggerakkan mesin.

Meski bentuknya kecil, komponen yang membantu proses pembakaran di ruang bakar mesin ini bisa memberi pengaruh besar pada performa mesin.

Dikatakan Aftermarket Technical Support PT Niterra Mobility Indonesia (NGK), Diko Oktaviano di sela penyerahan penghargaan karya jurnalis di Jakarta (19/7/2024), ada beberapa hal yang arus diperhatikan dalam memilih busi:

Pilih Sesuai Anjuran Pabrikan

Produsen kendaraan bersama para insinyurnya telah melewati serangkaian uji coba, termasuk urusan spesifikasi busi untuk menghasilkan performa mesin yang sesuai kebutuhan dan peruntukannya. Karena itu, penting untuk menggunakan busi sesuai anjuran pabrikan.

“Jadi, dalam satu tahun itu pabrikan punya portofolio produk yang memang bakal dikeluarkan dalam beberapa tahun ke depan, dan kita sudah dikasih tahu ke depannya bakal keluarin apa saja,” terang Diko mengawali.

Jadi busi yang sudah diproduksi oleh produsen, NGK misalnya, telah melewati masa riset dan uji coba yang panjang sebelum komponen itu dijual ke pasaran.

“Jangan busi standar dipakein OEM-nya motor lain. Bisa cepet rusak,” tambah Diko.

Perhatikan Jenis Busi Berdasar Tingkat Panasnya

Lantas bagaimana jika ingin meningkatkan performa mesin dengan menggunakan busi racing?

Dalam hal ini Diko mengatakan bahwa hal itu bisa dilakukan dengan menaikan 1 tingkat berdasar kode yang ada pada busi.

“Jenis busi ini harus dipilih berdasarkan karakteristik mesin dan rekomendasi OEM (Original Equipment Manufacturer), dan ketika itu sudah ditentukan, baru bisa menentukan peningkatan tingkatan panasnya berdasar kode CPR,” jelas Diko.

“Contoh kalau misal OEM kita CPR 8, seperti yang ada di NMAX, ya sudah kalau kalian mau eksperimen, modifikasi mesin, ya naik aja satu tingkat jadi CPR 9, nggak boleh turun,” tuturnya.

“Karena ketika turun, businya akan terjadi overheat, tapi kalau misalkan naik, setidaknya paling jelek itu adalah (deposit) karbon, tapi nggak langsung merusak mesin.”

CPR adalah kependekan dari “Cold Plug Rating” yang dinilai berdasar angka setelahnya. Busi yang tergolong sebagai busi panas biasanya memiliki nilai CPR 6 atau di bawahnya, sementara busi dingin memiliki nilai CPR 7 atau lebih tinggi.

“Namun kategorisasi itu akan kembali bergantung pada merek,” tegas Diko.

Jangan Pakai Busi Nikel Untuk Modifikasi

Busi motor standar OEM umumnya menggunakan material nikel. Diko menyebutkan, bahwa busi standar jenis nikel tidak cocok untuk performa atas karena materialnya yang mudah meleleh.

Kalau ingin melakukan modifikasi peningkatan mesin seperti pada cc alias kapasitas silinder kendaraan, pengguna disarankan untuk memilih busi khusus performa.

“Kalau misalkan kalian ada modifikasi 150 jadi 300 cc, jangan lagi pakai nikel, cepat leleh dia materialnya.”

“Ketika teman-teman mau modifikasi lebih ekstrem lagi, jangan pakai nikel. Karena kita (NGK) sudah menawarkan platinum dan iridium. Karena itu secara konsep kita ciptakan memang buat tahan dengan kondisi suhu mesin yang memang sudah di luar standar,” Diko menegaskan.

Sumber ; https://automoto.id/biar-busi-bekerja-optimal-berikut-saran-dari-produsennya/

NEXT STORIES///

Jl. Raya Jakarta - Bogor Km 26,6 Jakarta 13740
INDONESIA
+62 21 8710974
marketing@ngkbusi.com

JOIN OUR SOCIAL MEDIA CONVERSATION///

Privacy Policy

Copyright © 2024 PT. Niterra Mobility Indonesia. All rights reserved.
Privacy Policy